SEKOLAH IMPIAN MASYARAKAT BANTEN

(CMBBS dalam Satu Dekade)
Oleh G. Gunawan

“Genap sepuluh tahun sekolah ini berdiri, sejak tahun 2005 silam hingga kini, Sekolah Cahaya Madani Boarding School eksis sebagai sekolah unggulan di masyarakat Banten. Bukan waktu yang sebentar tentunya, satu dekade/dasawarsa sebuah pranata sosial (lembaga pendidikan) bisa bertahan bahkan menjadi besar adalah sebuah prestasi bagi seorang pimpinan, guru serta management yang ada di dalamnya.  Disadari atau tidak semua itu adalah hasil kerja keras, komitmen, serta loyalitas semua elemen dalam membesarkan nama sebuah lembaga tersebut. Tentu tidak ada yang menyangkal, bahwa keberhasilan sebuah lembaga pendidikan itu, salah satu indikatornya adalah output siswanya yang sebagian besar diterima di beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia dan banyaknya lulusan tersebut dapat diserap oleh lapangan perkerjaan saat ini. Dan Inilah sebuah bukti nyata keberhasilan “sekolah dikaki bukit” yang bisa mencetak dan melahirkan generasi unggul di Provinsi Banten .”

Rimbun pohon dan hijaunya dedaunan menyegarkan mata yang memandang, udara segar dan semilir angin memberikan kesegaran ke semua anggota tubuh, suara alunan murottal Quran di ujung Surau selalu menyejukan jiwa para penghuninya. Mungkin itu adalah sedikit gambaran sekolah di kaki bukit Gunung Karang.  Sekolah yang Jauh dari keramaian, Jauh dari polusi udara serta jauh dari hiruk pikuk kehidupan masyarakat urban. Tepatnya di Ds Kuranten Kel Saruni Kec Majasari Kabupaten Pandeglang, disitulah berdiri bangunan yang kokoh dan megah dengan berbagai fasilitas pendidikan yang lengkap. Mulai dari Gedung asrama, Gedung kelas, Kantor Guru, Laboratorium, Perpustakaan Digital, Klinik, Kantin, Galerry, Lapangan olah Raga, Dapur umum, dan masih banyak lagi fasilitas lainnya. Sekolah yang didirikan oleh pemerintah provinsi Banten sepuluh tahun yang lalu ini diberi nama SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School biasa orang menyebut dengan CMBBS.  Agak sedikit sulit memang, untuk melafalkan kata tersebut karena terlalu panjang, tapi khayalak menyingkat kata tersebut dengan istilah “CM” artinya Cahaya Madani. Tujuan didirikannya Sekolah ini tentunya untuk mencetak dan melahirkan para insan muda Banten yang berintelektual tinggi, religius, kewirausahaan serta cinta lingkungan sesuai dengan visi misi sekolah CMBBS.
Selintas sekolah ini secara bangunan fisik menyerupai gedung-gedung perkantoran instansi pemerintahan biasa, karena beberapa bentuk bangunan serta polanya menyebar ke semua arah, tidak seperti bangunan sekolah reguler biasa yang polanya cenderung membentuk radial dengan posisi lapangan upacara ditengah-tengah gedung kelas dan kantor guru.  Namun jika kita bandingkan dengan sekolah-sekolah di luar negeri, sekolah ini justru mirip dengan beberapa sekolah di negara maju, gedung- gedung sekolah bertingkat dan terdapat fasilitas ruangan yang sangat lengkap seperti AC, IWB (Interactive White Board), wireless, sound audio dan sebaginya, sehingga kegiatan belajar mengajar oleh guru dan siswa sangat kondusif dan nyaman. Sekolah ini memang sengaja didesain khusus oleh pemerintah dengan alokasi dana khusus dari APBD Provinsi Banten. Dana yang sangat tepat tentunya untuk membangun sumberdaya manusia di Banten ini, Karena investasi sumber daya manusia adalah strategi yang baik dalam membangun sebuah bangsa.
Saat ini, Sekolah yang memiliki sistem Boarding (Asrama) ini menjadi “Primadona” di Provinsi Banten. betapa tidak, ini bisa kita lihat dari atusiasme orang tua dan partisipasi siswa yang memimpikan dan berharap dapat diterima sekolah di CMBBS. Hal inipun bisa kita lihat dari kegiatan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) setiap tahunnya yang semakin bertambah, Apalagi pada 2-3 tahun terakhir ini jumlah pendaftar mencapai angka seribu lebih. Animo masyarakat terhadap sekolah ini menandakan bahwa sekolah ini memiliki prestise dan dibanding SMA lainnya, karena begitu selektifnya sekolah ini dalam menjaring para peserta didik, mulai dari seleksi administrasi, akademik, psikotes hingga test keagamaan. Tahapan tersebut tentunya bukan hal yang mudah bagi calon peserta didik untuk masuk ke sekolah ini, apalagi jika siswa tersebut dengan sedikit persiapannya, atau hanya sekedar mengadu nasib saja. Siswa yang memiliki nilai raport nya tinggipun belum tentu dapat diterima seratus persen disini, karena yang menjadi patokan untuk bisa diterima di sekolah ini harus memiliki score tinggi dari tiga nilai test tersebut diatas dan itupun dengan sistem quota yaitu kurang lebih 100 siswa tiap tahunnya, tidak hanya itu calon siswa baru harus berkompetisi dengan siswa siswi seluruh provinsi Banten seperti Tangerang, Serang, Cilegon Pandeglang, Lebak dll.   
Terlepas dari yang diatas adanya CMBBS ternyata membawa pengaruh secara positif terhadap pendidikan di Banten secara tidak langsung. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya lembaga pendidikan baik yang bersifat formal maupun informal yang saling mempromosikan bahwa lulusnya bisa melanjutkan di sekolah favorit,  seperti yang terjadi dibeberapa sekolah dan lembaga bimbingan belajar ternama di Banten yang berlomba-lomba agar siswanya dapat diterima di CMBBS, karena hal ini menjadi sebuah kebanggan bagi sekolah tersebut jika alumninya bisa masuk SMA favorit seperti CMBBS. Sama halnya dengan lembaga lain, seperti lembaga bimbingan belajar yang berlomba-lomba mempublikasikan keberhasilannya dalam mengantarkan siswa bisa masuk sekolah CMBBS. Tingginya animo masyarakat terhadap CMBBS ini, tentu tidak hanya karena fasilitas yang gratis saja (dari pendanaan APBD) akan tetapi masyarakat saat ini sudah bisa menilai dengan eksistensi CMBBS yang selalu menjadi sorotan publik baik di media elektronik maupun lewat orang tua dari mulut ke mulut, salah satunya yaitu siswa sekolah ini selalu memenangkan kejuaraan-kejuaraan baik ditingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Sehingga masyarakat percaya bahwa sekolah ini adalah sekolah para juara.
Selain itu masyarakat umum juga melihat banyaknya dari para lulusan sekolah ini yang bisa masuk ke perguruan tinggi ternama di Indonesia. Seperti ITB, UI, UNPAD, UGM, UNDIP dsb, Bahkan lulusan-lulusan tersebut banyak yang menjadi mahasiswa aktif dan lulusan terbaik di Kampusnya, seperti Idho Meilano yang menjadi Presiden Mahasiswa UNTIRTA, Alifa Farhan menjadi Duta Mahasiswa Banten, dan masih banyak lagi. Adapun beberapa alumni CMBBS yang menjadi lulusan terbaik sebut saja salah satunya yaitu Sdr Bustomi, beliau berasal dari keluarga sederhana di Pontang Kabupaten Serang, beliau bisa masuk kuliah ke ITB karena semangat belajar serta kegigihannya, tiga tahun lamanya tinggal di asrama bersama para ustad dididik dalam aspek spiritualnya, serta bimbingan para guru dalam penguatan aspek akademiknya di siang hari saat KBM, hingga beliau menjadi mahasiswa terbaik di kampusnya bahkan mendapatkan beasiswa dan langsung melanjutkan gelar magisternya. Atau sama halnya dengan sdr Muhriji sosok siswa yang cerdas, cool and calm yang juga berasal dari keluarga sederhana, selepas dari CMBBS beliau melanjutkan ke ITB bersama rekan-rekan seperjuangannya alhasil setelah beres dalam kuliahnya saat ini beliau bekerja di Perusahaan besar dan ternama di Indonesia dengan sallary yang sangat tinggi masih berlokasi di Provinsi Banten. Tentunya masih banyak lagi siswa siswi lain yang saat ini mereka berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bahkan yang kuliah ke luar negeri.
 Kedua model diatas tentu merupakan sebuah keberhasilan sekolah dalam menjalankan visi dan misi sebagai lembaga pendidikan sesuai harapkan pemerintah provinsi Banten. Oleh sebab itu sekolah ini harus tetap dipertahankan keberadaannya bahkan menjadi sekolah yang lebih baik lagi, apalagi isu pemerintah provinsi akan merubah sekolah tersebut menjadi Politeknik, tentu ini perlu dikaji ulang kembali. Seharusnya jika pemerintah ingin lebih serius dalam membangunan sumber daya manusia, perlu adanya kebijakan yang lebih spesifik dari sebelumnya terutama bagi siswa-siswi sekolah ini, misalkan: diberikannya reword berupa beasiswa Sarjana 100% bagi alumni CMBBS yang dapat diterima di Perguruan Tinggi Ternama, dengan komitmen jika selesai dalam studinya perlu kembali lagi ke kampung halaman untuk membangun daerahnya melalui ikatan dinas dengan instansi yang berkaitan sesuai dengan keilmuannya. Hal lain juga bisa berupa fasilitas penunjang perkuliahan seperti notebook, laptop atau yang lainnya serta memberikan dana untuk pendaftaran SPMB secara gratis bagi semua kelas XII setelah lulus dan akan menghadapi kuliah. Dengan program seperti ini tentunya bisa memotivasi semua siswa berlomba menjadi siswa yang lebih baik lagi dan pendidikan di Banten semakin maju dan berkembang......... Semoga.

TULISAN UNTUK PANDEGLANG

Refleksi 141 Tahun Kota Pandeglang
(Dalam Rangka HUT Kabupaten)
Oleh : G. Gunawan
Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang berada di Provinsi Banten, dengan ibukotanya yaitu Pandeglang. Secara geografis Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di Timur, serta Samudera Hindia di sebelah barat dan selatan. Sedangkan secara astronomis letak Kabupaten Pandeglang berada di ujung barat pulau Jawa dengan koordinat 60 21' - 70 10' LS 1040 48'- 1060 11' BT. Luasnya kurang lebih 3.746,90 km2 yang mencakup 35 Kecamatan dan 335 kelurahan (data BPS 2010). Secara geomorfologis Kabupaten Pandeglang meliputi wilayah daratan rendah dan daratan bergelombang serta laut dan pegunungan di wilayah barat dan selatan. Ditinjau dari aspek fisiografis Kabupaten Pandeglang memiliki beragam penampakan wilayah yang sangat lengkap mulai dari pegunungan, pantai, pulau, sungai, serta danau yang tersebar diberbagai daerah.
Saat ini,Kab Pandeglang sudah memasuki usia 141 tahun sejak (2 April 1874 – 1 April 2015), menurut sejarah pendirannya, sebenarnya di jaman dulu, kabupaten ini sudah dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh Hindia Belanda. ini sesuai dengan beberapa sumber literatur yang menjelaskan pada tahun 1828 : Pandeglang merupakan Pusat Pemerintahan Distrik; Pada tahun 1874 : Pandeglang merupakan Kabupaten; Pada tahun 1882 : Pandeglang merupakan Kabupaten dan Distrik Kewedanaan; selanjutnya Pada tahun 1925 : Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri (memiliki otonomi). Sama halnya dengan surat keputusan dari Hindia Belanda yang menyatakan bahwa Pandeglang sebagai kota kabupaten yaitu berdasarkan Staatsblad 1874 No. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874, dan berlaku 1 April 1874 yang membagi 9 Distrik atau Kewedanaan, Pembagian daerah tersebut diantaranya : Kewedanaan Pandeglang; Kewedanaan Baros; Kewedanaan Ciomas;Kewedanaan Kolelet; Kewedanaan Cimanuk; Kewedanaan Caringin; Kewedanaan Panimbang; Kewedanaan Menes; dan Kewedanaan Cibaliung. Bahkan Jauh dijaman sebelumnya, di kota ini pernah berdiri Kerajaan yang cukup tua sebelum kerajaan Kutai yaitu Kerajaan Salakanagara, ini menandakan bahwa kota Pandeglang merupakan cikal bakal kerajaan-kerajaan yang lainnya di Indonesia, namun beberapa literatur belum cukup untuk membuktikannya. Dari fakta tersebut tentunya kota ini sudah cukup lama berdiri, ibarat umur manusia kota ini sudah cukup dewasa bahkan sangat matang. Seharusnya kota ini sudah berkembang lebih dulu dibanding dengan kota-kota lain yang umurnya masih baru didirikan. tolak ukur perkembangan sebuah kota memang bukan karena usia atau lamanya pendirian kota tersebut, akan tetapi alangkah legowonya jika kita jadikan indikator tersebut menjadi pemicu untuk berusaha memperbaiki kelemahan pemerintah dalam kebijakannya untuk mengembangkan daerah yang terus tertinggal. Atau bisa saja kita membandingkan kota lain yang setiap saat terus membenahi daerahnya untuk kemajuan pembangunan.
Perkembangan sebuah kota tentu berbeda-beda setiap wilayahnya, ada yang bersifat revolusioner, dan ada juga yang berkembang secara evolusioner. Salah satu perkembangan kota yang bersifat revolusioner di Indonesia yaitu Riau (Pekan Baru), kota ini memiliki pertumbuhan serta perkembangan tercepat menjadi kota metropolitan, hal ini dikarenakan adanya sumberdaya minyak yang melimpah, bahkan biaya hidup di kota ini sangat tinggi dibandingkan kota-kota lain di indonesia. Ada juga kota yang lainnya yaitu Batam (Kep Riau) ; juga merupakan kota yang termasuk paling cepat mengalami perkembangannya, hal ini juga didukung karena wilayahnya sebagai pabean, dimana kota ini menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari negara lain,seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Begitu juga Kalimantan Timur, yang kaya akan sumber daya timah dan logam nya menjadikan kota ini berkembang secara pesat diantara kota lain di pulau Boreno. Tentu masih banyak lagi kota yang dianggap memiliki perkembangann tercepat di Indonesia pada saat ini seperti Bangka Belitung, Makassar, Palembang dsb. Hal ini tentunya ada banyak faktor yang bisa mendorong perkembangan sebuah kota, seperti yang dikutip dari Branch (1995) sebuah kota bisa berkembang tergantung dari faktor berikut yaitu ; 1) Keadaan geografis, 2). Site 3).Fungsi Kota, 4). Sejarah dan Kebudayaan, serta 5). Fasilitas Umum. Menurutnya, faktor geografis akan mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota, jika kota difungsikan sebagai pusat distribusi barang maka kota tersebut harus terletak di simpul jalur transportasi, pertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Berkaitan dengan ini, kondisi geografis kabupaten Pandeglang sangat mendukung dalam pengembangan kota. hal ini karena berada pada posisi diantara pulau Jawa-Sumatera, Iklim dan cuacanya bagus, kondisi tanah yang subur, Bentuk morfologi serta Sumber daya alamnya mendukung, mulai dari dataran rendah hingga laut terdapat di daerah ini. Alalagi jika pemerintah daerah menciptakan pusat-pusat pertumbuhan di setiap Kecamatan, maka akan timul “urban sprawl” yaitu kondisi dimana adanya perembetan fisik ke luar daerahnya, arah perkembangan ini bisa dalam bentuk pembangunan atau perembetan aktivitas ekonominya. Sebagai contoh misalnya pemerintah membangun pusat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) terbesar di Kecamatan Labuan atau Panimbang, Sentra Pusat kerajinan Golok (di Cadasari), Sentra Pusat Makanan khas (Kec Menes, Cikedal ) Pasar Tradisional Hasil Bumi (Munjul, , Picung, Bojong dsb). Dengan dibangunnya hal tersebut maka setidaknya akan mempengaruhi serta memunculkan roda perekonomian yang merata di setiap daerah atau adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitarnya, pembangunan pusat-pusat tersebut tentu berdasarkan keadaan alam serta masyarakatnya yang menekuni dalam bidang tertentu. Faktor kedua yaitu Site menurutnya, jika sebuah kota berlokasi di daratan yang rata akan mudah berkembang kesemua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan biasanya cenderung lebih sulit karena faktor topografi. Hal ini mungkin salah satu alasan mengapa ibu kota kabupaten Pandeglang kurang berkembang dalam inti kotanya, karena lokasi ibukota kabupaten berada di daerah yang agak tinggi, sehingga kesulitan dalam memperluas pengembangkannya, namun hal ini bisa saja dilakukan dengan pengalihan pengembangan kota ke daerah yang lebih landai atau ke daerah yang secara posisinya berada di tengah-tengah daerah lainnya, misalnya memindahkannya ibukota kabupaten dari kecamatan Pandeglang ke Kecamatan Menes, alasannya ini tentu karena posisi yang strategis, dan lebih terjangkau oleh kecamatan lain yang berada di wilayah Pandeglang selatan, dengan posisi seperti ini juga akan lebih mudah kecamatan lain dalam mengurusi administrasi serta pelayanan dalam birokrasi pemerintahnya tidak seperti saat ini yang menjadi keluhan masyarakat selatan dalam mengurusi administrasinya.
Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota-kota yang memiliki multi fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat dan akan berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, atau kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya; berkaitan dengan ini, kabupaten Pandeglang seharusnya sudah jauh berkembang dibanding kota lain, hal ini dikarenakan kota Pandeglang bisa berperan multifungsi, artinya fungsi kota ini bisa didesain sedemikian rupa sesuai dengan daya dukung alamnya, Misalnya kota ini bisa difungsikan kota agraris, pertambangan, pariwisata, pendidikan, perikanan, perekonomian dsb. Sehingga dengan kota yang multifungsi tersebut akan lebih cepat berkembang. namun hal ini juga, tergantung bagaimana kebijakan pemerintah serta dukungan semua masyarakatnya berupaya dalam menumbuhkan fungsi-fungsi tersebut.
Branch juga menegaskan bahwa sejarah dan kebudayaan bisa mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan kota. Berkaitan dengan ini kota Pandeglang sangat terkenal dengan masyarakat agamis bahkan julukannya kota santri, hal inilah menjadi pondasi dan modal bagi pembangunan, jika pemerintah dapat mengakomodir serta merancang bagaimana kebudayaan serta kultur masyarakatnya menjadi nilai plus, maka kota ini akan lebih kuat serta kokoh dalam menyongsong masa depan pembangunan sebuah kota, yang modern, agamis dan sejahtera. Masyarakat yang fanatik biasanya akan lebih konservatif dalam kebudayaan, sehingga jika datangnya nilai-nilai yang bertentangan dengan tradisi, adat serta keyakinan ini akan sulit berkembang. Oleh sebab itu nilai tradisi dan kepercayaan bisa menjadi penopang serta penyeimbang dalam pembangunan sebuah kota. Yang terakhir, yaitu sebuah kota akan berkembang atau tidak, tergantung dari keberadaan fasilitas umum misalnya banyaknya jaringan jalan, penyediaan air bersih, jaringan telpon, teminal, bandara, pelabuhan, jaringan internet dsb, ketersediaan unsur-unsur umum ini akan menarik kota kearah tertentu dan mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini juga sesuai dengan konsep indeks konektivitas yang menerangkan bahwa semakin banyak jaringan jalan dalam sebuah kota maka akan terjadi interaksi manusia yang sangat kuat. Sebagai contoh jika semua daerah di Kab Pandeglang memiliki akses jalan yang baik serta dapat dihubungkan dengan semua daerah lainnya, maka akan timbul pergerakan barang dan manusia dengan mudah, efeknya roda perekonomian akan menjadi lebih berkembang dan distribusi barang lebih lancar, serta mobilitas penduduk yang lebih luas.
Dari uraian diatas tentu harus menjadi refleksi satu abad lebih kota kabupaten Pandeglang berdiri, sebagai masyarakat kecil, kita semua menunggu perubahan cepat serta perkembangan yang memihak pada kesejahteraan semua, bukan menunggu lama perubahan itu terjadi. Masyarakat sadar bahwa perubahan itu tidak mudah seperti membalikan telapak tangan namun setidaknya masyarakat berharap pada pemimpin yang telah dipilih untuk mengemban amanah rakyat dalam mengurusi daerah ini, masyakarat selalu berharap pembangunan yang merata, perekonomian yang maju, Kesejahteraan guru dan pendidikan yang baik, kesehatan yang terjamin dan masih banyak lagi harapannya ................. (Semoga).

Pentingnya Penguatan Pendidikan Lingkungan Hidup Pada Siswa Sekolah

  (Memperingati hari lingkungan hidup se-Dunia 5 Juni 2015)
 Oleh : G. Gunawan

Isu lingkungan hidup saat ini sudah menjadi perspektif global dan menjadi agenda besar semua negara-negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Issu lingkungan seperinya selalu menjadi persoalan yang rumit dan tidak pernah terselesaikan dalam tatanan kehidupan, ibarat benang yang kusut sulit mencari titik awal dan akhir. Timbulnya permasalahan ini tentu ada banyak faktor yang saling mempengaruhinya, diantaranya kebutuhan manusia yang terus meningkat serta pertambahan jumlah penduduk dunia dari waktu ke waktu. Adanya ketidakselarasan antara kebutuhan manusia dengan lingkungan, serta pertambahan penduduk dunia yang terus meningkat berimplikasi terhadap keberadaan pasokan pangan dunia yang terus menipis, akibatnya muncul dorongan manusia melakukan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. Timbunya ketimpangan antara kelestarian dengan kebutuhan manusia inipun pernah menjadi agenda dalam KTT Rio de Jeneiro di Brazil pada tahun 1992. Konfrensi tersebut menghasilkan sebuah Deklarasi Rio de Jeneiro yaitu gagasan kebutuhan kebutuhan pokok manusia dalam menopang hidup dan keterbatasan kemampuan lingkungan baik masa sekarang maupun masa depan. Hasil dari kesepakatan ini tentunya memberikan arahan kebijakan terhadap negara- negara lain untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya dengan mengekpolitasi sumber daya namun harus melestarikan lingkungan dimasa yang akan datang.
Permasalahan lingkungan dalam isu global memang bukan isu baru dan terjadi pada abad ini saja, akan tetapi permasalahan ini sudah terjadi sejak lama dalam sejarah krisis lingkungan dunia. Menurut beberapa literatur kemunculan krisis lingkungan dunia terjadi pada abad 18 sejak meletusnya revolusi industri di Inggris, saat itulah beberapa negara industri maju di Eropa mengalami degradasi lingkungan akibat banyaknya ekspolitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk kebutuhan pembangunan industri. Perubahan orientasi masyarakat yang berawal dari sektor pertanian menjadi industri telah membawa dampak besar pada perubahan lingkungan sekitarnya. Diversifikasi sektor pertanian ke sektor industri ini menjadikan keprihatinan bangsa, disisi lain bahwa industri akan membawa angin segar terhadap kemajuan negara dengan meningkatnya pendapatan perkapita, namun dampak lain justru menjadi sebuah bencana terhadap hilangnya ekosistem serta rusaknya lingkungan ekologis dunia.
Masalahan lingkungan dari waktu ke waktu sepertinya semakin kompleks, jika pada abad sebelumnya masalah lingkungan terfokus pada ekspolitasi sumber daya alam yang tak terkendali, namun permasalahan lingkungan saat ini justru lebih seruis lagi, mencakup semua lapisan kehidupan di bumi (geosfer) pada kurun waktu yang singkat dengan effect yang menyeluruh. Sebagai contoh kita lihat kerusakan pada lapisan atmosfer saat ini misalnya ; terjadinya Green house effect (efek rumah kaca), Global warming (pemanasan global), Acid Rain (hujan asam), menipisnya lapisan ozon, El Nino (musim panas berkepanjangan) dsb. Kerusakan lapisan atmosfer ini akibat dari aktifitas kegiatan manusia sehari hari yang tidak terkendali dan tidak memperhatikan lingkungan. Hal lain juga terjadi pada lapisan litosfer misalnya ; Terjadinya degradasi lahan akibat ilegal loging, Pencemaran tanah akibat pestisida dan sampah fisik, Kebakaran hutan yang diakibatkan kemarau berkepanjangan, Terjadinya longsor akibat hilangnya daerah resapan air, Serta lahan tandus yang diakibatkan ladang berpindah. Salah satu penyebabnya kerusakan lapisan litosfer ini juga adalah aktifitas ekonomi manusia tanpa memperhatikan resiko terhadap ekosistem yang ada serta gaya hidup manusia yang hedonisme. Sedangkan kerusakan yang lainnya juga terjadi pada lapisan hidrosfer (air di bumi) misalnya; Terjadinya banjir akibat fungsi sungai yang kurang baik dan perubahan fungsi lahan, Tejadinya intrusi air asin, Hilangnya air tanah dangkal (freatis) akibat industri dan perhotelan, Pencemaran sungai akibat pembuangan limbah pabrik dan sampah rumah tangga, dan masih banyak lagi. Kondisi ini yang menjadi keprihatinan masyarakat dunia, Oleh sebab itu salah satu bentuk kerpihatianan tersebut negara-negara yang tergabung dalam organisasi PBB seringkali membuat agenda besar tentang isue lingkungan hidup, misalnya yang pernah dilakukan yaitu ; Deklarasi Rio de Janeiro di Brazil 1992, Deklarasi Nairobi 1982, Deklarasi Tbilisi 1977 serta Deklarasi Stockholm yang diselenggarakan di Stockholm, Swedia 1972 mengenai lingkungan hidup dan manusia, Konfrensi ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global dalam mengambil tindakan positif pada lingkungan. Hal lain juga bahwa hasil dari konfrensi menetapkan pada tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup se-Dunia.
Sejalan dengan itu, Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan tentu berperan aktif serta berupaya semaksimal mungkin dalam mendukung masyarakat menanamkan kesadaran terhadap lingkungan, karena hal ini sudah di gariskan pada haluan negara (GBHN) serta UU Pelestarian lingkungan Hidup. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya; Pencegahan pencemaran air,udara, dan tanah, ; Rehabilitasi Lahan Kritis,; Reklamasi lahan pantai dan terumbu karang, pembuat taman nasional, cagar alam dan suaka margasatwa,; menetapkan UU lingkungan hidup serta menindak para perusak lingkungan. Namun salah satu program rintisan paling mengena dalam meningkakan kesadaran masyarakat yaitu program rintisan pengajaran lingkungan hidup di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang dikoordinasi oleh Meneg PPLH (Menteri Negara Pengawasan Lingkungan Hidup) di tahun 1977-1978 sampai saat ini. Langkah pemerintah ini tentu sangat bagus dan patut diapresiasi oleh kita semua, karena pemerintah sudah tepat dengan strateginya, melalui pendidikan tentunya masyarakat Indonesia akan memiliki karakter bangsa yang sesungguhnya tertutama dalam menanamkan ideologis cinta terhadap lingkungannya.

Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Kurikulum Sekolah
Menurut UNESCO pada Deklarasi Tbilisi, 1977 bahwa; Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru. Kutipan diatas sangatlah jelas bahwa pendidikan lingkungan hidup merupakan sebuah proses yang terus menerus membentuk manusia menjadi agen perubahan serta peduli dalam lingkungan, baik bersifat lokal maupun global. Harapan ini tentunya menjadi amanat bagi sebuah lembaga yang bersifat formal maupun informal.

Pendidikan Lingkungan Hidup di lembaga formal (sekolah) di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama, pada tahun 1990-an Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam semua pelajaran, mulai jenjang pendidikan SD, SMP, SMA hingga Sekolah Tinggi. Hal ini tentunya bertujuan untuk memperkuat serta meningkatkan kesadaran siswa–siswi dalam memperlakukan lingkungannya. Saat ini pun pendidikan lingkungan hidup masih tetap ada dalam kurikulum yang terintegrasi dalam beberapa pelajaran seperti, Geografi, Biologi, IPS, IPA, Pkn, PAI, dan mata pelajaran lainnya, akan tetapi pada praktiknya dan kenyataan di lapangan materi lingkungan hidup yang terintegrasi ini sulit untuk di aplikasikan pada beberapa mata pelajaran, kebanyakan guru hanya bisa memberikan materi bentuk teori semata, padahal bahwa untuk menanamkan kesadaran terhadap lingkungan bukan hanya sebatas memahami dalam teorinya saja, oleh sebab itu kiranya perlu adanya pemisahan kembali menjadi ilmu yang tersendiri seperti yang pernah dulu dilakukan yaitu sebagai mata pelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup) sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih fokus dalam kajian dan aplikasinya di lapangan. Karena kita ketahui bahwa pendidikan lingkungan hidup ini perlu adanya kegiatan yang bersifat aplikatif serta praktek langsung di lapangan, agar pembelajaran ini menjadi lebih utuh.

Adapun strategi pembelajara untuk menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan melalui pembelajaran saat ini, misalnya dengan sebuah project yang diberikan guru kepada anak dalam sebuah kegiatan tertentu. Contohnya kegiatann fieldtrip; dengan kegiatan ini siswa diajak ke lapangan untuk menganalisis serta mengidentifikasi fenomena alam, disitulah siswa dapat mengaplikasikan teori di kelas dan di lapangan sehingga mereka bisa menyimpulkannya dari hasil pengamatannya, kegiatan ini tentu tidak sulit bagi guru sebagai fasilitator siswa, hanya saja yang perlu dipertimbangkan adalah waktu dan tempat. Kegiatan ini juga tentunya akan menumbuhkan karakter kepedulian siswa terhadap lingkungannya. Selain itu aksi kampanye lingkungan juga dapat memberikan sikap heroik siswa terhadap permasalahan lingkungan terkini, pada peringatan hari besar lingkungan misalnya hari bumi- se dunia, hari air, hari ozon, serta hari lingkungan hidup. Pada kegiatan ini guru bersama siswa dapat menagendakan untuk melakukan aksi kampanye, baik di lingkungan sekolah maupun di jalanan, bentuk aksi ini bisa dalam berbagai bentuk kegiatan misalnya membuat poster, leaflet, stiker, melakukan seminar atau yang lainnya yang berhubungan dengan lingkungan, dengan kegiatan ini diharapkan siswa mampu memiliki jiwa semangat, percaya diri serta cinta terhadap lingkungannya. Contoh lainnya juga yaitu Gerakan menanam pohon; aksi ini mungkin sudah banyak dilakukan oleh kalangan sekolah, baik yang berafiliasi dengan LSM lingkungan atau perusahaan sebagai donaturnya, akan tetapi jika kegiatan ini dilakukan sebagai sebuah rutinitas maka akan semakin tertanam dalam diri setiap siswa, Sehingga rasa kecintaan terhadap lingkungan akan semakin kuat dan melekat. Membuat video tentang lingkungan; project ini mungkin agak sedikit sulit untuk dilakukan seorang siswa, karena hubungannya dengan keberadaan fasilitas yang ada, akan tetapi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka project ini bisa saja dilakukan karena dengan perangkat sederhana pun seperti menggunakan video hanphone bisa dibuat tinggal bagaimana mengolahnya. Pada pembuatan video ini yang terpenting adalah pesan yang disampaikan (pesan moral) dapat diterima oleh penontonya. Hasil dari kegiatan ini tentunya akan menjadi sebuah kebanggan bagi para siswa sebagi director film, dan menjadikan sebuah pengalaman yang bisa menjadi bekal dimasa yang akan datang. Masih banyak lagi tentunya project-project yang dapat dilakukan oleh guru dalam melalukan kegiatan siswanya yang bersifat positif dan lebih menarik pada pembelajaran. Hal yang terpenting tentunya adalah pendidikan lingkungan hidup perlu ditanamkan secara terus menerus kepada generasi saat ini, karena merekalah yang akan menjadikan lingkungan ini lebih baik atau sebaliknya di masa yang akan datang.

Kategori

Kategori